Takkan berhenti untuk bermimpi..

Archive for Oktober 21, 2010

Jenis gerakan pada sendi

Jenis gerakan pada sendi :

a.   Bergeser

Berupa pergeseran antara tulang, contohnya gerakan pada sendi-sendi di antara tulang-tulang carpalia dan tarsalia, terjadi pada sendi geser.

b.   Extensi

Berupa gerakan pelurusan sendi. Extensi bisa terjadi pada sendi engsel, contohnya extensi sendi lutut

c.   Flexi

Berupa gerakan pembengkokan sendi. Flexi terjadi pada sendi engsel, contohnya flexi sendi jari-jari. Sedangkan flexi-extensi pada pergelangan tangan merupakan gerakan sendi ellipsoidal

d.   Abduksi

Berupa gerakan yang menjauhi sumbu tubuh. Terjadi pada sendi peluru, contohnya mengangkat lengan ke samping, atau gerakan ibu jari menjauhi telunjuk oleh sendi pelana di antara metacarpal 1 dan os. Carpal (trapezium)

e.   Adduksi

Berupa gerakan yang mendekati sumbu tubuh, gerakan ini berlawanan dengan gerakan abduksi

f.   Rotasi

Berupa gerakan berputar, terjadi pada sendi putar. Misalnya atlas (cervix 1) berputar terhadap processus odontoideus dari axis (cervix 2) sewaktu menggelengkan kepala.

g.   Circumduksi

Berupa gerakan dimana ujung distal satu tulang membentuk 1 lingkaran, sedangkan ujung proksimalnya tetap. Contohnya gerakan memutar lengan 1 lingkaran mengitari sendi bahu, terjadi pada sendi peluru dengan arah gerakan 3 poros

h.   Pronasi

Gerakan memutar lengan bawah untuk membalikkan telapak tangan, sehingga telapak tangan menghadap ke bawah bila lengan bawah ditaru diatas meja

i.    Supinas

Gerakan berlawanan dengan pronasi

j.    Protaksi

Gerakan mendorong mendibula ke luar

k.   Retraksi

Gerakan menarik mandibula ke dalam

 

PROSES PERTUMBUHAN TULANG

PROSES PERTUMBUHAN TULANG

 

Pembentukan tulang manusia dimulai pada saat masih janin dan umumnya akan bertumbuh dan berkembang terus sampai umur 30 sampai 35 tahun. Berikut adalah gambaran pembentukan tulang

Dari grafik massa tulang mulai bertumbuh sejak usia 0. Sampai usia 30 atau 35 tahun ( tergantung individual ) pertumbuhan tulang berhenti, dan tercapai puncak massa tulang. Puncak massa tulang belum tentu bagus, tapi diumur itulah tercapai puncak massa tulang manusia.

Bila dari awal proses pertumbuhan, asupan kalsium selalu terjaga, maka tercapailah puncak massa tulang yang maksimal, tapi bila dari awal pertumbuhan tidak terjaga asupan kalsium serta giji yang seimbang, maka puncak massa tulang tidak maksimal.

 

Pada usia 0 – 30/35 tahun, disebut modeling tulang karena pada masa ini tercipta atau terbentuk MODEL tulang seseorang. Sehingga lain orang, lain pula bentuk tulangnya. Pada usia 30 – 35 tahun, pertumbuhan tulang sudah selesai, disebut remodeling dimana modeling sudah selesai tinggal proses pergantian tulang yang sudah tua diganti dengan tulang yang baru yang masih muda.

Secara alami setelah pembentukan tulang selesai, maka akan terjadi penurunan massa tulang. Hal ini bisa dicegah dengan menjaga asupan kalsium setelah tercapainya puncak massa tulang. Dengan assupan kalsium 800 – 1200 mg perhari, puncak massa tulang ini bisa dipertahankan. Di pasaran sudah beredar asupan kalsium dan vit.D3 yang dilengkapi EPO mengandung kalsium 400 mg, Vit D3 50 iu dan EPO 400 mg, dengan mengkonsumsi produk tersebut 2 x sehari, bisa mempertahankan puncak massa tulang.

 

Tujuan untuk mempertahankan puncak massa tulang adalah :

Untuk mencegah penurunan massa tulang, dimana penurunan massa tulang ini akan mengakibatkan berkurangnya kepadatan tulang, dan tulang akan mengalami osteoporosis.
Osteoporosis lebih baik dicegah dengan cara asupan kalsium yang cukup setelah usia 30 atau 35 tahun.

 

Kesimpulan :
Dalam proses pembentukan tulang, tulang mengalami regenerasi yaitu pergantian tulang-tulang yang sudah tua diganti dengan tulang yang baru yang masih muda, proses ini berjalan seimbang sehingga terbentuk puncak massa tulang.

Setelah terbentuk puncak massa tulang, tulang masih mengalami pergantian tulang yang sudah tua dengan tulang yamg masih muda, tapi proses ini tidak berjalan seimbang dimana tulang yang diserap untuk diganti lebih banyak dari tulang yang akan menggantikan, maka terjadi penurunan massa tulang, dan bila keadaan ini berjalan terus menerus, akan terjadi osteoporosis.

PROSES PENYEMBUHAN TULANG

PROSES PENYEMBUHAN TULANG

 

Tahapan penyembuhan tulang terdiri dari: inflamasi, proliferasi sel, pembentukan kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan remodeling.

Tahap Inflamasi. Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.

Tahap Proliferasi Sel. Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoklast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.

Tahap Pembentukan Kalus. Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah  sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur. Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi digerakkan.

Tahap Penulangan Kalus (Osifikasi). Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu  patah tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif.

Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling).  Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun – tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus – stres fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung.

Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalami remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang negative. Remodeling juga terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur. (Rasjad. C, 1998)

BODY MECHANIC DAN BODY ALIGNMENT


BODY MEKANIK

Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas.

Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
1. Body Aligement (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
2. Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of support.
3. Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.

Prinsip Body Mekanik
§ Gravity
§ Balance (Keseimbangan)
§ Weight (berat)

Pergerakan Dasar Yang Digunakan Dlm Body Mekanik
1. Walking / berjalan
Kestabilan berjalan, sangat berhubungan dg ukuran base of support
2. Squating / jongkok
Squating mempertinggi atau meningkatkan keseimbangan tubuh, ketika seseorang mengangkat obyek yg terletak dibawah pusat gravity tubuh.
3. Pulling / menarik
4. Pivoting / berputar
Pivoting adalah s/u tehnik dimana tubuh dibungkukkan dlm rangka menghondari terjadinya resiko keseleo tulang
Faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik :
• Status kesehatan
Kondisi kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap keseimbangan tubuh sehingga aktivitasnya menjadi terganggu.
• Nutrisi
Pemenuhan kebutuhan tubuh akan nutrisi sangat penting karena mempengaruhi produksi energi yang digunakan untuk mobilisasi.
• Emosi
• Situasi dan kebiasaan
• Gaya hidup
• Pengetahuan

 

BODY ALIGNMENT
Susunan geometric bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian-bagian tubuh yang lain. Body alignmen baik akan meningkatkan keseimbangan yang optimal dan fungsi tubuh yang maksimal, baik dalam posisi berdiri, duduk, maupun tidur. Body aligment yang baik: keseimbangan pada persendian otot, tendon, ligamen.
Postur tubuh seseorang adalah salah satu hal yang harus dikaji untuk melihat.
– Status kesehatan
– Fisikal fitness
– Daya tarik seseorang.

Postur tubuh dapat menunjukkan:
– perasaan hati
– Harga diri
– Kepribadian.

Faktor yang mempengaruhi Body Alignmnet:
1. Status kesehatan
2. Nutrisi
3. Emosi
4. Faktor social
5. Gaya hidup (life style)
6. Perilaku dan nilai-nilai
7. Hidrasi pasien

Body Alignment yang baik dapat:
• Meningkatkan fungsi tangan yang baik
• Mengurangi jumlah energi yang digunakan untuk mempertahankan keseimbangan.
• Mengurangi kelelahan
• Memperlyas ekspansi paru
• Meningkatkan sirkulasi renal dan fungsi gastrointestinal

Body alignment yang buruk dapat: Mengurangi penampilan individu dan mempengaruhi kesehatan yang dapat mengarah pada gangguan. Perawat merupakan role model yang penting dalam mengajarkan kebiasaan yang sehat/baik: postur tubuh yang baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Body Alignment
1. Gravity
Gravity adalah atraksi timbale balik antara tubuh dan bumi.
2. Pontural reflek dan Apposing Muscles Group.
Action dari otot postural yang terus menerus menyokong seseorang pada posisi tegak melawan gravity.
3. Perubahan postur
4. Struktur anatomy individu yang berbeda.

Latihan untuk meningkatkan body alignment yang baik:
• Berjalan
• Berenang

Deformitas

Deformitas


  1. Deformitas tulang

Dapat terjadi karena :

–          Pertumbuhan abnormal bawaan pada tulang (dapat berupa aplasia, displasia, duplikasi atau pseudoartrosis)

–          Akibat kelainan penyembuhan fraktur berupa mal-union atau non-union.

–          Gangguan pertumbuhan lempeng epifis, baik karena trauma maupun kelainan bawaan,

–          Pembengkakan abnormal tulang (misalnya rakitis dan osteomalasia)

–          Pertumbuhan berlebih pada tulang matur.

 

2. Deformitas Sendi

Dapat terjadi karena :

–          Pertumbuhan abnormal bawaan pada sendi, misalnya pada dislokasi panggul bawaan atau fibrosis pada jaringan sekitar sendi.

–          Dislokasi akuisita(didapat) karena trauma (yang mengakibatkan robekan pada ligamen), infeksi tulang atau karena instabilitas sendi.

–          Kontraktur otot, misalnya akibat spasme otot yang berkepanjangan atau pada iskemia Volkmann.

–          Ketidakseimbangan otot, misalnya pada penyakit poliomielitis, paralisis serebral dan paralisis yang bersifat flaksid/spastik.

–          Kontraktur fibrosa pada fasia dan kulit, baik kontraktur akibat adanya jaringan parut pada fasia karena suatu sebab(mis, luka bakar) ataupun kontraktur Duduytren.

–          Tekanan eksternal

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.

a. Deformitas

1. Deformitas tulang

Dapat terjadi karena :

Pertumbuhan abnormal bawaan pada tulang (dapat berupa aplasia, displasia, duplikasi atau pseudoartrosis)

Akibat kelainan penyembuhan fraktur berupa mal-union atau non-union.

Gangguan pertumbuhan lempeng epifis, baik karena trauma maupun kelainan bawaan,

Pembengkakan abnormal tulang (misalnya rakitis dan osteomalasia)

Pertumbuhan berlebih pada tulang matur.

2. Deformitas Sendi

Dapat terjadi karena :

Pertumbuhan abnormal bawaan pada sendi, misalnya pada dislokasi panggul bawaan atau fibrosis pada jaringan sekitar sendi.

Dislokasi akuisita(didapat) karena trauma (yang mengakibatkan robekan pada ligamen), infeksi tulang atau karena instabilitas sendi.

Kontraktur otot, misalnya akibat spasme otot yang berkepanjangan atau pada iskemia Volkmann.

Ketidakseimbangan otot, misalnya pada penyakit poliomielitis, paralisis serebral dan paralisis yang bersifat flaksid/spastik.

Kontraktur fibrosa pada fasia dan kulit, baik kontraktur akibat adanya jaringan parut pada fasia karena suatu sebab(mis, luka bakar) ataupun kontraktur Duduytren.

Tekanan eksternal

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.

Pemeriksaan diagnostic pada kebutuhan aktifitas dan latihan

Pemeriksaan diagnostic pada kebutuhan aktifitas dan latihan

 

  • Sinar X

sinar x penting untuk mengevaluasi pasien dengan kelainan musculoskeletal. Sinar x tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan hubungan tulang. Sinar x multiple, diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar x korteks tulang  menunjukkan adanya pelebaran, penyempitan,dan tanda iregularitas. Sinar x sendi dapat menunjukkan adanya cairan, iregularitas, spur, penyempitan, dan perubahan struktur sendi.

 

  • Computed tomography ( CT Scan)

menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligament atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi. Pemeriksaan dilakukan bisa dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar 1 jam.

 

  • Magnetic resonance imaging (MRI)

Teknik pencitraan khusus, non invasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas (ex. Tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang) jaringan lunak seperti otot, tendon, dan tulang rawan. Karena yang digunakan electromagnet, pasien yang mengenakan implant logam, braces, atau pacemaker tidak bisa menjalani pemeriksaan ini. Perhiasan harus dilepas. Pasien yang menderita klaustro phobia biasanya tak mampu menghadapi ruangan tertutup peralatan MRI tanpa penenang.

 

  • Angiografi

adalah pemeriksaan stuktur vaskuler. Arteriografi adalah pemeriksaan system artery. Suatu bahan kontras radiopaque diinjeksikan ke dalam arteri tertentu dan diambil foto sinar x system artery yang dipasok oleh arteri tersebut. Prosedur ini sangat bermanfaat untuk mengkaji perkusi arteri dan bisa digunakan untuk tingkat amputasi yang akan dilakukan. Setelah dilakukan prosedur ini, pasien dibiarkan berbaring selama 12 sampai 24 jam untuk mencegah perdarahan pada tempat penusukan artery. Perawat memantau tanda vital, tempat penusukan untuk melihat adanya pembekakan, perdarahan, dan hematoma; dan ekstremitas bagian distalnya untuk menilai apakah sirkulasinya adekuat.

 

  • Digital subtraction angiography (DSA)

mempergunakan teknologi komputer untuk memperlihatkan system arterial melalui kateter vena.

 

  • Venogram

Adalah pemeriksaan system vena yang sering digunakan untuk mendeteksi trombosis vena.

  • Mielography

Penyuntikan bahan kontras kedalam rongga subbarakhnoid spinalis lumbal, dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis spinal (penyempitan kanalis spinalis) atau tempat adanya tumor.

  • Discography

pemeriksaan discus vertebralis; suatu bahan kontras diinjeksikan ke dalam discus dan dilihat distribusinya.

 

  • Artrography

penyuntikan bahan radiopaque atau udara ke dalam rongga sendi untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran pergerakannya sementara itu diambil gambar sinar x serial. Artrogram sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik kapsul sendi atau ligamen penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul, dan pergelangan tangan. (bila terdapat robekan, bahan kontras akan mengalami kebocoran keluar dari sendi dan akan terlihat dengan sinar x). setelah dilakukan artrogram, biasanya sendi dimobilisasi selama 12 sampai 24 jam dan diberi balut tekan elastis. Diberikan usaha untuk meningkatkan rasa nyaman sesuai kebutuhan.

 

Brunner & suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah volume 3. Jakarta : EGC

Indeks Katz

Indeks Katz

Indeks katz merupakan instrument sederhana yang digunakan untuk menilai kemampuan fungsional AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari-hari), dapat juga untuk meramalkan prognosis dari berbagai macam penyakit pada lansia. Adapun aktivitas yang dinilai adalah Bathing, Dressing, Toileting, transferring, continence dan feeding, dengan penilaian sbb:

1.Bathing

  • Mandiri: memerlukan bantuan hanya pada satu bagian tubuh atau dapat melakukan seluruhnya sendiri.
  • Tergantung:memerlukan bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh atau tidak dapat mandi sendiri

2. Dressing

  • Mandiri: menaruh, mengambil, memakai dan menanggalkan pakaian sendri serta menalikan sepatu sendiri.
  • Tergantung: tidak dapat berpakaian sebagian.

3. Toileting

  • Mandiri: pergi ke toilet, duduk sendiri di kloset, memakai pakaian dalam, membersihkan kotoran.
  • Tergantung: mendapat bantuan orang lain

4. transferring

  • mandiri: berpindah dari dan  ke tempat tidur, dari dank e tempat duduk(memakai/tidak memakai alat Bantu)
  • tergantung: tidak dapat melakuakan sendiri dengan /bantuan

5. continence

  • mandiri: dapat mengontrol BAB/BAK
  • tergantung: tidak dapat mengontrol sebagian atau seluruhnya dengan bantuan manual atau kateter

6. feeding

  • Mandiri: mengambil makanan dari piring atau yang lainnya dan mmasukkan ke dalam mulut (tidak termasuk kemampuan memotong daging dan menyiapkan makanan seperti mengoleskan mentega pada roti)
  • Tergantung: memelukan bantuan untuk makan atau tidak dapat makan sendiri secara parenteral.

 

Dari kemampuan melaksanakan 6 aktivitas dasar tersebut, kemudian di klasifikasikan menjadi 7 tahapan, dan disebut sesuai dengan aktivitas yng bias dikerjakan sendiri. Tahapan aktivitas diatas kemudian disebut dengan Indeks Katz secara berurutan adalah sbb:

  • Indeks Katz A : mandiri untuk 6 aktivitas
  • Indeks Katz B : mandiri untuk 5 aktivitas
  • Indeks Katz C : mandiri, kecuali bathing dan satu fungsi lain
  • Indeks Katz D : mandiri, kecuali bathing, dressing dan 1 fungsi lain
  • Indeks Katz E : mandiri, kecuali bathing, dressing, toileting dan satu fungsi lain
  • Indeks Katz F : mandiri, kecuali bathing, dressing, toileting, transferring dan satu fungsi lain
  • Indeks Katz G : tergantung pada orang lain untuk 6 aktivitas

 

Martono, hadi & kris pranarka. 2009. Buku Ajar Geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut). Jakarta : FK UI