Takkan berhenti untuk bermimpi..

Archive for the ‘aktivitas dan latihan’ Category

PNEUMONIA

DEFINISI

a. Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Ngastiyah, 1997 : 39).

b. Pneumonia adalah proses inflamasi pada parenkim paru yang terjadi sebagai akibat adanya invasi agen infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran trakeobronkialis sehingga flora endogen yang normal berubah menjadi patogen ketika memasuki saluran jalan nafas”. (Barbara Engram, 1999 : 61).

c. Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, bahan kimia, inhalasi asap, debu, alergen dan aspirasi isi lambung; jaringan paru berkonsolidasi karena alveoli terisi oleh eksudat”. (Tucker et al, 1998 : 247).

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan pneumonia adalah infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh invasi bakteri, virus, jamur dan benda asing yang menimbulkan peradangan pada parenkim paru sehingga menimbulkan konsolidasi paru karena alveoli terisi oleh eksudat.

 

ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, aspirasi atau inhalasi.

a. Bakteri

  • Gram positif : Streptococcus Pneumoniae (Pneumococcal Pneumonia), Staphylococcus  Aureus.
  • Gram negatif : Haemophilus Influenzae, Pseudomonas Aeruginosa, Klebsiella Pneumoniae (Friedlender’s Bacillus).
  • Anaerobik : Anaerobic Streptococcus, Fusobacteria, Bacteroides Species.
  • Atipikal : Legionella Pneumophila, Mycoplasma Pneumoniae

b.   Virus : Influenza, Parainfluenza, Adenovirus.

c.   Jamur : Candidiasis, Blastomycosis, Cryptococcosis, Histoplasmosis, Coccidioidomycosis. (Arlene Polaski, 1996)

d. Aspirasi : Makanan, Cairan, Muntah.

e. Inhalasi : Racun atau bahan kimia (Polivinilpirolidin, Gumma Arabikum, Berillium, Uap air raksa), rokok, debu dan gas. (Joyce M. Black, 1997)

 

KLASIFIKASI

Menurut Engram, pneumonia diklasifikasikan sesuai dengan hal-hal sebagai berikut :

a. Agen penyebab

1.      Protozoa (Pneumocytis Carinii) bakterial, viral dan jamur pneumonia (jika dikarenakan agen infeksius tersebut).

2.      Pneumonia Aspirasi-disebabkan oleh karena aspirasi isi gaster, makanan atau cairan.

3.      Pneumonia Radiasi-disebabkan oleh terapi radiasi terhadap kanker struktur badan bagian atas seperti: kanker payudara, kanker paru atau esofagus.

4.      Pneumonia Hipostatik-berkaitan dengan imobilisasi yang lama.

5.      Pneumonia Inhalasi-berkaitan dengan inhalasi gas yang bersifat toksik, asap dan zat kimia.

b. Area paru-paru yang terkena :

1) Pneumonia Lobaris-area yang terkena meliputi satu lobus atau lebih.
2) Bronkopneumonia-proses pneumonia yang dimulai di bronkus dan menyebar ke jaringan paru sekitarnya.

Menurut Underwood, Pneumonia terbagi menjadi :

a. Pneumonia Infektif

1) Bronkopneumonia

Bronkopneumonia mempunyai karakteristik bercak-bercak distribusi yang terpusat pada bronkiolus dan bronkus yang meradang disertai penyebaran ke alveoli sekitarnya. Ini sering terjadi pada orang usia lanjut, bayi dan penderita yang sangat lemah, misalnya penderita kanker, gagal jantung, gagal ginjal kronis dan trauma serebrovaskuler. Bronkopneumonia juga terjadi pada penderita bronchitis akut, sumbatan nafas kronis atau kistik fibrosis. Kegagalan membersihkan saluran nafas dari hasil sekresi, seperti yang biasanya terjadi pada periode setelah operasi, juga merupakan predisposisi terjadinya bronkopneumonia.

Organisme penyebab ialah Stafilococcus, Streptococcus, Haemophilus Influenzae, Koliform dan jamur. Penderita sering mengalami septikemia dan toksik, disertai demam dan berkurangnya kesadaran. Daerah yang terkena dapat diidentifikasi secara klinis dengan terdengarnya suara krepitasi pada pemeriksaan auskultasi.

Daerah paru yang terkena cenderung pada bagian basal dan bilateral. Pada pemeriksaan postmortem terlihat berwarna kelabu atau kelabu atau kelabu merah. Histologi menunjukkan radang akut yang khas disertai eksudat. Dengan antibiotik dan fisioterapi, daerah yang sakit akan mengalami penyembuhan atau perbaikan dengan meninggalkan jaringan parut

2) Pneumonia Lobaris

Pneumonia Pneumokokus khas mengenai orang dewasa berumur antara 20 sampai 50 tahun; meskipun begitu pneumonia lobaris akibat Klebsiella mengenai individu berusia lanjut, penderita Diabetes Mellitus atau alkoholik. Gejalanya berupa batuk, demam dan produksi sputum. Sputum terlihat purulen dan mungkin mengandung bercak darah, yang disebut sputum karat (Rusty). Demam dapat sangat tinggi (lebih 40o C), disertai menggigil. Nyeri dada pada waktu inspirasi yang merefleksikan terlibatnya pleura. bersamaan dengan terjadinya konsolidasi paru, terdapat suara redup pada perkusi disertai naiknya suara pektoralis dan suara nafas bronkial. Bronkiolus yang berisi sel radang dan alveoli di dekatnya berisi penuh eksudat. Pigmen berwarna hitam adalah karbon, sering ditemukan.

3) Pneumonia Khusus

Pneumonia khusus dapat disubklasifikasikan ke dalam kelompok yang normal (non-imunosupresi), atau yang imunosupresi.

a) Pada host yang imunosupresi (normal)

Pneumonia khusus pada host normal (non-imunosupresi), mungkin sebagai akibat dari :

– Virus, misalnya Influenza, Respiratory Syncyial Virus (RSV), Adenovirus dan Mikoplasma.

– Penyakit Legionnaires.

Pneumonia Mikoplasma dan Pneumonia Virus Kejadian klinis bermacam-macam tergantung pada luas dan beratnya penyakit. Pada kasus yang fatal, paru menjadi bertambah berat, kemerahan dan memadat seperti pada sindroma distres pernafasan dewasa. Histologi menunjukkan radang interstisial yang terdiri dari limposit, magkrofag dan sel plasma. Membran hialin dan eksudat fibrinosa terlihat menonjol. Alveoli relatif bebas dari eksudat seluler.

Pneumonia Mikkoplasma cenderung menyebabkan pneumonia kronis dalam derajat yang lebih rendah, disertai radang interstisial dan beberapa membran hialin. Sifat kronis penyakit akan menyebabkan organisasi radang dan fibrosis paru. Virus Influenza dapat menyebabkan pneumonia akut fulminan disertai perdarahan paru; perjalanan kliniknya sangat cepat dan fatal.

Penyakit Legionaires, Penyakit ini disebabkan oleh basil Legionella Pneumophila, dan disebarkan melalui tetesan air dari pengatur kelembaban udara dan tangki penampungan air yang telah terkontaminasi. Penderita sebelumnya dalam keadaan sehat, walaupun sebagian kecil telah mempunyai penyakit kronis, seperti gagal jantung atau karsinoma. Gejala berupa batuk, dyspnea dan nyeri pada daerah dada, bersama-sama dengan bentuk sistemik lain, misalnya mialgia, sakit kepala, kesadaran menurun, mual, muntah dan diare. Sekitar 10 – 20 % kasus adalah fatal. Pada autopsy ditemukan paru bertambah berat dan memadat.

b) Pada host yang imunosupresi

Apabila kondisi imunosupresi mengenai seorang penderita, paru akan mudah menjadi sakit oleh organisme yang non-patogen bagi individu yang tidak mengalami imunosupresi. Keadaan ini dikenal sebagai infeksi “Oportunistik”. Pada setiap penderita imunosupresi, timbulnya demam, nafas yang pendek dan batuk bersama dengan infiltrat paru, merupakan kejadian yang membahayakan. Penyebab infeksi Oportunistik yang sering ialah :

– Pneumocystis Carinii.

– Jamur lain, misalnya Candida, Aspergillus.

– Virus, misalnya Sitomegalovirus, campak.

  • Pneumocystis Carinii

Alveoli terisi eksudat yang berbuih berwarna jambon. Dengan pewarnaan impregnasi perak akan dapat dilihat organisme berbentuk bulat atau bulan sabit. Ditemukan juga kerusakan alveolar yang difus.

  • Jamur

Baik Candida maupun Aspergillus keduanya dapat menyebabkan nekrosis yang luas. Mikro-abses mengandung filamen jamur yang khas.

  • Virus
    Infeksi virus dapat memproduksi kerusakan alveolar yang difus. Khas ditemukan inklusi intranukleus disertai infeksi oleh Sitomegalovirus (CMV). Pneumonitis campak memproduksi pneumosit raksasa yang tersebar disertai metaplasia skuamosa bronkus dan bronkiolus.

b. Pneumonia Non-Infektif

1.      Aspirasi Pneumonia

Aspirasi pneumonia terjadi ketika cairan atau makanan terhisap masuk ke dalam paru, dan terjadi konsolidasi dan radang sekunder. Keadaan klinis yang merupakan resiko bagi penderita ialah pembiusan, operasi, koma, stupor karsinoma laring dan kelemahan hebat. Bagian paru yang terkena bermacam-macam tergantung posisi tubuh penderita. Bila dalam keadaan tidur terlentang, daerah yang terkena adalah segmen apikal lobus bawah. Bila dalam keadaan tidur miring ke sisi kanan, daerah yang terkena ialah segmen posterior lobus atas. Daerah yang sering terkena mengandung anaerobic, dan abses paru mengandung material yang membusuk.

2. Lipid Pneumonia

Lipid Pneumonia dapat endogen akibat obstruksi saluran nafas yang menyebabkan terjadinya timbunan magkrofag dan sel raksasa disebelah distal. Keadaan ini sering ditemukan disebelah distal dari karsinoma bronkus atau benda asing yang terhirup. Disamping itu lipid pneumonia dapat juga disebabkan oleh faktor eksogen, akibat terhirupnya material yang mengandung konsentrasi lipid yang tinggi. Material seperti ini misalnya paraffin cair atau tetes hidung berbentuk minyak. Vakuola lipid dicerna oleh sel raksasa benda asing; dan dapat ditemukan beberapa fibrosis interstisial.
3. Eosinofilik Pneumonia

Eosinofilik Pneumonia ditandai oleh banyak Eosinofil dalam interstisial dan alveoli. Mungkin dapat ditemukan sumbatan mukus pada bagian proksimal saluran nafas, seperti yang ditemukan pada asma, atau oleh Aspergillus, seperti pada bronkopulmoner aspergilosis. Kambuhnya radang bronkial dapat mengakibatkan destruksi dinding disertai penggantian oleh jaringan granulasi dan sel raksasa; ini disebut Bronkosentrik Granulomatosis. Disamping itu, eosinofilik pneumonia dapat ditemukan sewaktu mikrofilaria pindah melalui sirkulasi paru. Ini dapat juga idiopatik, yang berkaitan dengan eosinofilia darah pada sindroma Loffler.

PATOFISIOLOGI

Di antara semua pneumonia bakteri, patogenesis dari pneumonia pneumokokus merupakan yang paling banyak diselidiki. Pneumokokus umumnya mencapai alveoli lewat percikan mukus atau saliva. Lobus bagian bawah paru-paru paling sering terkena karena efek gravitasi. Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas terdiri dari empat tahap yang berurutan (Price, 1995 : 711) :

a. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan berwarna merah.

b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara, disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti hepar).

c. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi fibrin yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah. Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.

d. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula. (Underwood, 2000 : 392).

Menurut Suryadi (2001 : 247) patofisiologi pada pneumonia adalah :
a. Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh mikroorganisme patogen yaitu virus dan (Streptococcus Aureus, Haemophillus Influenzae dan Streptococcus Pneumoniae) bakteri.
b. Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multiple lobus. Terjadinya destruksi sel dengan meninggalkan debris cellular ke dalam lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan nafas.
c. Pada kondisi anak ini dapat akut dan kronik misalnya : Cystic Fibrosis (CF), aspirasi benda asing dan konginetal yang dapat meningkatkan resiko pneumonia.

 

MANIFESTASI KLINIS

Masa Inkubasi berlangsung 9 hari sampai 21 hari, biasanya 12 hari. Sekitar 2–50 % pasien mempunyai gejala infeksi saluran pernafasan atas yang ditandai dengan tenggorokan dan gejala nasal pada waktu permulaan pneumonia. Gejala dini yang khas adalah demam, menggigil, batuk dan sakit kepala, rasa tidak enak badan, nyeri tenggorokan, nyeri dada, sakit telinga. (Soeparman, 1999 : 709).

Sedangkan menurut Donna L. Wong (1995 : 1400) manifestasi klinis pada pneumonia sebagai berikut :

a. Demam, biasanya demam tinggi.

b. Nyeri dada.

c. Batuk; batuk tidak produktif sampai produktif dengan sputum yang berwarna keputih-putihan.

d. Takipnea, sianosis

e. Suara nafas rales atau ronki.

f. Pada perkusi terdengar dullness.

g. Retraksi dinding thorak.

h. Pernafasan cuping hidung.

 

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita pneumonia adalah:

a. Kultur sputum.

b. Darah dan kultur urine untuk pemeriksaan penyebaran yang spesifik.

c. Arteri Gas Darah (AGD) untuk pemeriksaan kebutuhan suplemen oksigen.
d. Pemeriksaan Radiologi untuk menentukan lokasi dan keberadaan pneumonia.

Sedangkan menurut Doenges (1999 : 165) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa pneumonia antara lain :

  • Sinar X : Mengidentifikasi distribusi struktural (misal lobar, bronkial); dapat juga menyatakan abses luas/ infiltrat, empiema (Staphylococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/ perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
  • GDS/ Oksimetri : Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
  • Pemeriksaan gram/ Kultur sputum dan darah : Dapat diambil dengan biopsi jarum,aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari satu tipe oeganisme yang ada; bakteri yang umum meliputi Diplocoocus Pneumonia, Staphylococcus Aureus, A-hemolitik Streptococcus, Haemophylus Influenza; CMV.

Catatan : Kultur sputum dapat tak mengidentifikasi semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukkan bakterimia sementara.

  • JDL : Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bacterial.
  • Pemeriksaan Serologi, misal titer virus atau legiolla, agglutinin dingin : Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.

LED : Meningkat.

  • Pemeriksaan fungsi paru : Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia).

Elektrolit : Natrium dan klorida mungkin rendah.

Bilirubin : Mungkin meningkat.

Aspirasi perkutan/ biopsi jaringan paru terbuka : Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan Sitoplasma (CMV); karakteristik sel raksasa (rubeola).

 

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis umum yang diberikan pada penderita pneumonia adalah:

a. Farmakoterapi:

1) Antibiotik (diberikan secara intravena)

Penisilin 50.000 IU/ kg BB/ hari ditambah kloramfenikol 50 – 70 mg/ kg BB/ hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spectrum luas seperti ampicilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4 – 5 hari.

2) Ekspektoran

3) Antipiretik

4) Analgetik
b. Terapi oksigen dan nebulisasi aerosol

Pemberian oksigen dan cairan intravena; biasanya diperlukan campuran glukose 5 % dan NaCL 0,9 % dengan perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCL 10 mEq/ 500 ml/ botol infus.

c.Fisioterapi dada dengan drainase postural

 

KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi menyertai pneumonia menurut Engram (1999 : 60) adalah:

a. Abses paru

b. Efusi pleural

c. Empiema

d. Gagal nafas

e. Perikarditis

f. Meningitis

g. Atelektasis

PARASOMNIA

PARASOMNIA


Parasomnia adalah mimpi yang hidup dan aktivitas fisik yang terjadi selama tidur.

Sejumlah gerakan diluar kesadaran dan tidak dapat diingat kembali, bisa terjadi selama tidur. Hal ini lebih sering terjadi pada anak-anak.

Sesaat sebelum tidur, hampir semua orang kadang mengalami sentakan tunggal, singkat dan diluar kesadaran pada seluruh tubuh.

Kadang mereka juga mengalami kelumpuhan tidur atau halusinasi ringan.

Selama tidur, secara normal orang kadang mengalami sentakan kaki; orang dewasa bisa mengalami gerakan periodik, mimpi buruk dan giginya mengatup dengan kuat.

Berjalan dalam keadaan tidur, teror malam dan mimpi buruk sering terjadi pada anak-anak dan membuat mereka ketakutan.

Kejang epileptik bisa terjadi pada usia berapa saja.

Akatisia (kaki yang tidak bisa diam) merupakan kelainan yang relatif sering ditemukan, yang sering terjadi sesaat sebelum tertidur, terutama pada usia diatas 50 tahun.

Penderita akatisia, terutama ketika sedang mengalami stres, merasakan sensasi tidak nyaman yang samar-samar pada tungkainya, yang disertai dengan gerakan kaki spontan dan tak terkendali.

Penyebabnya tidak diketahui.

Benzodiazepin yang diminum sebelum tidur, kadang bisa mengurangi gejala yang terjadi.

Teror malam merupakan episode menakutkan, dimana penderita menjerit, memukul dan seringkali berjalan dalam tidurnya.

Episode ini biasanya timbul selama fase tidur non-REM.

Pemberian benzodiazepin (misalnya diazepam) bisa membantu meringankan gejala.

Mimpi buruk merupakan mimpi nyata yang menakutkan, yang bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa. Setelah mimpi, biasanya penderita akan terbangun secara tiba-tiba.

Mimpi buruk terjadi selama tidur REM dan lebih sering terjadi pada saat penderita mengalami stres, demam atau kelelahan yang luar biasa atau setelah minum alkohol.

Tidak ada pengobatan khusus.

 

P A R A S O M N I A ?

Ngelindur inilah nama lain dari parasomnia. Parasomnia merupakan mimpi yang hidup dan aktivitas fisik yang terjadi selama tidur. Sejumlah gerakan di luar kesadaran dan tidak dapat diingat kembali bisa terjadi selama tidur. Hal ini sering dialami anak-anak.

Penyebab secara pasti belum diketahui. Benzodiazepine yang diminum sebelum tidur kadang bisa mengurangi gejala yang terjadi. Teror malam merupakan episode yang menakutkan sehingga penderita menjerit, memukul dan seringkali berjalan dalam tidurnya. Maka dari itu, seringkali penderita diberi benzodiazepine (misalnya diazepam) yang bisa membantu meringankan gejala.

Mimpi buruk merupakan mimpi yang menakutkan yang bisa terjadi pada segala usia. Setelah mimpi biasanya penderita akan terbangun secara tiba-tiba. Mempi buruk terjadi selama tidur REM dan lebih sering terjadi pada saat penderita mengalami stress, demam ataupun keadaan yang sangat lelah dan bisa juga terjadi setelah minum alkohol.

Ada istilah khusus pada berjalan sambil tidur, yaitu somnabulisme. Somnabulisme merupakan berjalan dalam keadaan setengah sadar dan di luar kesadaran penderita. Seringkali terjadi pada masa akhir anak-anak dan remaja. Ketika berjalan sambil tidur, penderita dapat berbicara dengan suara yang tidak begitu jelas. Sebagian besar penderitanya tidak dapat mengingat bahwa dirinya pernah berjalan sambil tidur.

Lebih jelasnya, berikut adalah gambaran klinis esensial untuk diagnosis pasti somnabulisme:

1) Gejala utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-jalan; (kesadaran berubah);

2) Selama satu episode, individu menunjukkan wajah bengong (blank, staring face), relative tak memberi respons terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaan atau untuk berkomunikasi dengan penderita, dan hanya dapat disadarkan/dibangunkan dari tidurnya dengan susah payah;

3) Pada waktu sadar/bangun (setelah satu episode atau besok paginya), individu tidak ingat apa yang terjadi;

4) Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari episode tersebut, tidak ada gangguan aktivitas mental, walaupun dapat dimulai dengan sedikit bingung dan disorientasi dalam waktu singkat;

5) Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik.

Tindakan yang dapat dilakukan oleh orang-orang disekitarnya adalah tuntun kembali penderita ke kamar tidurnya dan biarkan lampu dikamar maupun ruangan lain menyala agar kecenderungan somnabulismenya berkurang. Jauhkan benda-benda yang berbahaya dan mudah pecah dari penderita serta pastikan kunci pintu dan jendela dengan rapat. Hal yang tidak dianjurkan adalah membangunkan penderita secara paksa karena dapat mengakibatkan kemarahan pada penderita.

APNEA TIDUR

APNEA TIDUR

Pengertian :

  • pernapasan abnormal selama tidur; “apnea” berarti “tanpa napas” dan mengacu kepada perhentian yang panjang di antara napas.
  • Sleep apnea adalah masalah tidur yang umum dijumpai.
  • Sleep apnea menyebabkan napas berhenti sejenak ketika tidur dan kadang disertai dengan dengkuran.

Gejala :

  • perhentian napas yang panjang atau berupaya keras untuk bernapas selama tidur
  • Merasa sangat ngantuk di siang hari
  • Merasakan tidur berkualitas buruk
  • Sering terbangun

Gejala lain :keresahan atau gerakan selama tidur, tersedak atau tercekik selama tidur, rasa panas dalam perut, sering buang air kecil di malam hari, berkeringat, sakit kepala di pagi hari, konsentrasi buruk, daya ingat buruk, mudah marah dan depresi.

PENYEBAB

  • Dalam Apnea Tidur obstruktif, yang merupakan jenis yang paling umum, pasien berusaha bernapas tetapi tidak bisa karena adanya hambatan jaringan di saluran napas bagian atas yang lebih kentara sewaktu pasien berbaring, atau dari relaksasi otot selama tidur nyenyak. Hambatan ini dapat merupakan jaringan yang berlebihan, dan juga dari anatomi yang tidak sepadan di saluran napas bagian atas.
  • Mendengkur disebabkan karena getaran jaringan lunak berlebihan di saluran napas bagian atas, biasanya langit-langit lunak dan uvula. Karena baik mendengkur maupun Apnea Tidur obstuktif dapat disebabkan oleh jaringan yang berlebihan, banyak pasien mempunyai keduanya, tetapi sekali lagi biasanya ini tak berkaitan. Baik Apnea Tidur dan mendengkur dapat disebabkan atau diperburuk oleh posisi tidur; biasanya keduanya bertambah buruk apabila tidur tengadah.

AKIBAT

  • Apnea Tidur sering menyebabkan gangguan pada pola tidur. Orang biasanya tidak bangun sepenuhnya, jadi sering tak menyadari keparahan gangguan tidur. Gangguan dalam tidur nyenyak ini menyebabkan sangat ngantuk yang berbahaya selama siang hari. Selain itu, Apnea Tidur mungkin terkait dengan masalah jantung dan paru-paru termasuk tekanan darah tinggi. Tingkat kematian dari semua penyebab juga lebih tinggi pada pasien dengan Apnea Tidur obstruktif yang sedang sampai parah.

HYPERINSOMNIA

HYPERINSOMNIA


DEFINISI

Hipersomnia adalah bertambahnya waktu tidur sampai 25% dari pola tidur yang biasa.

PENYEBAB

Hipersomnia merupakan gejala yang seringkali menunjukkan kemungkinan adanya penyakit yang serius. Hipersomnia temporer (sementara) bisa terjadi pada seseorang yang sehat, selama beberapa malam atau hari setelah mengalami kurang tidur atau kelelahan fisik yang luar biasa. Hipersomnia yang berlangsung lebih dari beberapa hari bisa merupakan gejala dari:

– Kelainan psikis (misalnya kecemasan atau depresi yang berat)
– Pemakaian obat tidur yang berlebihan

– Kekurangan oksigen dan penimbunan karbondioksida di dalam tubuh sebagai akibat dari tidur apneu

– Kelainan otak.

Hipersomnia menahun yang mulai timbul pada usia dini bisa merupakan gejala dari narkolepsi.

 

GEJALA

Penderita merasa sangat mengantuk dan sering ingin tidur atau bahkan tertidur bukan pada tempatnya dan bukan pada waktunya tidur.

KEBUTUHAN TIDUR PADA TAHAPAN USIA

KEBUTUHAN TIDUR PADA TAHAPAN USIA


Bayi

  • Rata-rata 8-10 jam pada malam hari.
  • 30% REM.
  • Bangun = pagi hari
  • Bayi yang minum ASI biasanya tidur selama periode yang lebih pendek, dengan lebih sering terbangun daripada bayi yang minum susu botol.
  • Bayi yang lebih besar tidur lebih lama daripada bayi yang lebih kecil karena kapasitas lambungnya yang lebih besar.
  • Seorang bayi usia antar 1 bulan-1 tahun tidur rata-rata 14 jam sehari.
  • Dibandingkan dengan anak-anak yang lebih besar, tidur aktif  (REM ) membentuk proporsi tidur yang lebih besar.  Sebaliknya pada bayi yang baru lahir yang tidur dan bangun bergantian sepanjang periode 24 jam, setelah usia 3 bulan periode tidur terpanjang terlihat pada malam hari.

Toodler

  • —  Usia 2 tahun, anak-anak biasanya tidur sepanjang malam dan tidur siang setiap hari.
  • —  Total tidur rata-rata 12 jam sehari.
  • —  Tidur siang dapat hilang pada usia 3 tahun.
  • —  Terbangun pada malam hari.
  • —  Presentase tidur REM berlanjut menurun.
  • —  Tidak ingintidur pada malam hari.  Ketidakinginan ini dapat berhubungan dengan kebutuhan untuk mengeksplorasi dan memuaskan keingintahuannya yang dapat menjelaskan mengapa beberapa dari mereka mencoba untuk menunda waktu tidur.

Pra sekolah

  • —  Rata-rata 12 jam semalam (sekitar 20% adalah REM).
  • —  Usia 5 tahun, jarang tidur siang kecuali kebiasaan.
  • —  Biasanya mengalami kesulitan untuk rileks atau diam setelah hari-hari yang aktif dan panjang.
  • —  Mempunyai masalah dengan ketakutan waktu tidur, terjaga pada malam hari, atau mimpi buruk.
  • —  Orang tua paling berhasil untuk membawa anak usia prasekolah untuk tidur dengan membina ritual yang konsisten yang mencakup aktivitas waktu tenang sebelum tidur.
  • —  Biasanya, para ahli tidak merekomendasi seorang anak untuk tidur dengan orangtuanya, tetapi di beberapa kebudayaan, berbagi tempat tidur telah diterima sebagai praktik terapi.

Anak usia sekolah

  • —  Jumlah tidur tergantung status kesehatan dan aktivitas individu yang bersangkutan.
  • —  Biasanya tidak tidur siang.
  • —  Usia 6 tahun tidur malam rata-rata 11-12 jam,
  • —  Usia 11 tahun tidur sekitar 9-10 jam.
  • —  Anak yang lebih tua seringkali menolak untuk tidur karena ketidaksadaran terhadap kelelahan atau kebutuhan mandiri.

Dewasa muda

  • —  Rata-rata 6-8,5 jam,
  • —  Jarang sekali tidur siang.
  • —  20% waktu tidur adalah REM dan konsisten sepanjang hidup.
  • —  Tuntutan gaya hidup pengaruhi pola tidur dan dapat mengarah ke insomnia dan medikasi untuk tidur.
  • —  Penggunaan jangka panjang medikasi dapat mengganggu pola tidur dan memperburuk insomnia.

Dewasa tengah

  • —  Total waktu untuk tidur makin berkurang,
  • —  Tahap tidur ke 4 menururn dan sering didiagnosa terkena gangguan tidur.
  • —  Insomnia lazim terjadi karena perubahan dan stress usia menengah.
  • —  Wanita yang mengalami menopause dapat menderita insomnia dan mudah tergantung pada obat.

Lansia

  • —  Jumlah tidur sesuai usia, tidak berkurang.  Hanya kualitasnya berubah.
  • —  Episode REM memendek, terjadi penurunan progresif tidur NREM tahap 3 dan 4, bahkan ada yang tidak sampai tahap 4.
  • —  Kecenderungan untuk tidur siang meningkat karena seringnya terbangun pada malam hari.
  • —  Perubahan pola tidur lansia disebabkan oleh perubahan SSP yang mempengaruhi pengaturan tidur.

TAHAPAN SIKLUS TIDUR PADA MANUSIA.

 

TAHAPAN SIKLUS TIDUR PADA MANUSIA.

 

1. Non Rem

  • tidur tenang dan dalam atau tidur gelombang lambat, karena gelombang otak pada saat tidur nonRem lebih lambat dibanding gelombang alfa dan beta pada orang yang sadar.
  • Sering timbul mimpi bahkan mimpi buruk dpt terjadi.
  • Mimpi tidak dapat diingat kembali

Tahapan tidur non rem :

TAHAP I (paling ringan, very light sleep)

•         Adalah tahap tidur yang paling ringan

•         Besar voltase gelombang EEG sangat rendah

•         Seseorang akan merasa ngantuk dan rileks

•         Nadi dan RR menurun

•         Mudah terbangun

TAHAP II ( ringan, light sleep )

•         Semua proses fisiologis tubuh mulai melemah

•         Bola mata masih bergerak

•         Nadi,RR,suhu menurun

•         EEG terlihat gelombang theta

•         berlangsung 10-15 menit

TAHAP III

•         Nadi,RR, proses fisiologis tubuh jauh menurun, karena dominasi sistem para simpatis.

•         Sudah mulai sulit dibangunkan

•         Pada EEG terlihat gelombang theta, gelombang tersebut sdh lebih reguler

TAHAP IV

•         Merupakan tidur malam

•         Pada EEG terlihat gelombang delta

•         Nadi dan RR menurun 20-30%

•         Seseorang sangat rileks, jarang bergerak, sulit dibangunkan.

•         Untuk memulihkan tubuh secara fisik

•         Timbul mimpi

•         2 jam latihan fisik sebelum tdr dapat memfasilitasi tidur tahap ini.

 

2. Rem (rapid Eye movement)

•         Didominasi oleh sistem saraf simpatis

•         Berguna untuk memulihkan keadaan mental seseorang yakni untuk kemampuan belajar, kemampuan adaptasi psikologis dan ingatan.

•         Terjadi pengulangan kejadian selama sehari dan proses penyimpanan informasi.

Hal yang terkait tidur REM :

•         Tidur REM berhubungan dgn mimpi yg aktif

•         Biasanya orang lebih sukar dibangunkan, walaupun telah diberi rangsangan sensorik, dan ternyata org2 terbangun di pagi hari sewaktu episode tidur REM, dan bukan pd waktu tidur NREM

•         Tonus otot di seluruh tubuh sgt berkurang

•         Frekuensi denyut jantung dan pernafasan biasanya irreguler, ini merupakan sifat dari keadaan tidur dgn mimpi

•         Walaupun ada hambatan yg sgt kuat pada otot2 perifer, masih timbul jg beberapa gerakan otot yg tidak teratur. Keadaan ini khususnya mencakup pergerakan cepat dr mata

•         Pada tidur REM, otak mnjd sgt aktif, dan metabolisme di seluruh otak sgt meningkat sebanyak 20%. Juga pda EEG terlihat pola gelombang yg serupa dgn yg terjadi selama keadaan siaga.

•         Disebut tidur paradoksial , karena bersifat paradoks yaitu org tetap tidur walaupun aktivitas otaknya nyata.

 

Perbedaan istirahat dan tidur

PERBEDAAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

 

 

KARAKTERISTIK  ISTIRAHAT

Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan (ansietas).

¢  Merasakan bahwa segala sesuatu dapat diatasi

¢  Merasa diterima

¢  Mengetahui apa yang sedang terjadi

¢  Bebas dari gangguan ketidaknyamanan

¢  Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan

¢  Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan

 

KARAKTERISTIK TIDUR

Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik (Lanywati, 2001)

Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang di alami seseorang, yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Guyton 1981 : 679)

  • Secara umum tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal
  • tingkatan kesadaran yang bervariasi
  • perubahan-perubahan proses fisiologis tubuh
  • penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.

NARKOLEPSI

NARKOLEPSI

 

A.Definisi

Narkolepsi merupakan salah satu bagian dari gangguan tidur kronik. Pengertian dari narkolepsi sendiri adalah keinginan untuk tidur yang tidak tertahankan pada keadaan dan waktu yang tidak sesuai. Serangan tidur ini biasanya muncul mendadak dan dalam waktu yang singkat. Penderita narkolepsi biasanya akan mengantuk lalu langsung tertidur kemudian setelah 15 menit orang tersebut akan bangun dan merasa segar, tetapi setelah itu akan mulai merasa mengantuk lagi. Kejadian ini akan terjadi berulang-ulang dalam satu hari.

Penyakit ini berbeda dengan insomnia yang terjadi secara terus menerus. Justru penderita narcolepsy ini terkena serangan secara mendadak pada saat yang tidak tepat, seperti sedang memimpin rapat – biasanya terjadi serangan pada kondisi emosi yang tegang seperti: marah, takut atau jatuh cinta. Serangan narcolepsy dapat melumpuhkan seseorang dalam beberapa menit ketika dia masih sadar dan secara tiba-tiba membawanya ke alam mimpi.

B. ETIOLOGI

Gangguan terjadi pada mekanisme pengaturan tidur. Tidur, berdasarkan gelombang otak, terbagi dalam tahapan-tahapan mulai dari tahap 1, 2, 3, 4 dan Rapid Eye Movement (REM.) Tidur REM adalah tahapan dimana kita bermimpi. Pada penderita narkolepsi gelombang REM seolah menyusup ke gelombang sadar. Akibatnya kantuk terus menyerang, dan otak seolah bermimpi dalam keadaan sadar. Akibatnya kantuk menyerang terus dan otak seolah bermimpi dalam keadaan sadar.

Kelainan ini cenderung ditemukan juga dalam satu keluarga, sehingga diduga merupakan penyakit keturunan. Diduga karena kerusakan genetik system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode tidur REM

C. Patofisiologi

Patofisiologi narkolepsi pada manusia telah ditemukan setelah para peneliti menemukan gen-gen narkolepsi pada hewan. Para peneliti sekarang percaya bahwa dalam hampir 90 dari orang yang menderita narkolepsi disebabkan oleh kekurangan hypocretin / orexin ligan.

Oleh karena itu, percaya bahwa narkolepsi adalah genetik di alam karena fungsi normal dan abnormal neurotransmitter modulasi kekebalan. Namun, para peneliti telah mampu mengembangkan sebuah tes diagnostik baru yang melibatkan mengukur cairan serebrospinal untuk tingkat hypocretin. Dan jika masalah dapat dilihat dalam tingkat ini, maka terapi penggantian hypocretin dapat diberikan. Namun, pengobatan ini masih dalam tahap perkembangan dan tidak tersedia untuk merawat orang yang menderita narkolepsi.

D. Manifestasi KLINIS

Gejala biasanya dimulai pada masa remaja atau dewasa muda dan menetap seumur hidup.

Penderita menghadapi serangan kantuk mendadak yang tak tertahankan, yang bisa terjadi setiap saat. Rasa ingin tidur hanya dapat ditahan untuk sementara waktu; tetapi sekali tertidur, penderita biasanya dapat dengan mudah dibangunkan. Serangan bisa terjadi beberapa kali dalam sehari, dan setiap serangan biasanya berlangsung selama 1 jam atau kurang. Serangan lebih sering terjadi pada keadaan yang monoton, seperti rapat yang membosankan atau mengemudi mobil dalam jarak jauh. Penderita merasakan kesegaran ketika terbangun, tetapi beberapa menit kemudian akan tertidur kembali.

 

Untuk mengenali penderita narkolepsi, terdapat 4 gejala klasik (classic tetrad):

1. Rasa kantuk berlebihan (EDS)

Karakteristik utama narkolepsi adalah mengantuk luar biasa dan tak terkendali di siang hari. Orang dengan narkolepsi tertidur secara tiba-tiba, di mana saja dan kapan saja. Sebagai contoh, penderita mungkin tiba-tiba tertidur untuk beberapa menit di tempat kerja atau ketika sedang berbicara dengan teman. Penderita tidur hanya beberapa menit atau sampai setengah jam sebelum bangun dan merasa segar, tapi kemudian tertidur lagi. Selain tidur di waktu dan tempat yang tidak tepat, penderita juga mengalami penurunan kewaspadaan sepanjang hari.

Rasa kantuk dapat dipuaskan setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalam waktu singkat kantuk sudah menyerang kembali. Sebaliknya di malam hari, banyak penderita narkolepsi yang mengeluh tidak dapat tidur.

2.   Katapleksi (cataplexy)

Penderita bisa mengalami kelumpuhan sementara tanpa disertai penurunan kesadaran (keadaan ini disebut katapleksi), sebagai respon terhadap suatu reaksi emosional mendadak, seperti kemarahan, ketakutan, kegembiraan, tertawa atau kejutan.

Berjalan menjadi timpang, menjatuhkan barang yang sedang dipegang atau terjatuh ke tanah. Penderita juga bisa mengalami episode kelumpuhan tidur, dimana ketika baru saja tertidur atau segera sesudah terbangun, penderita merasakan tidak dapat bergerak.

Kondisi tiba-tiba lemas (seperti tak berotot), dapat menyebabkan berbagai perubahan fisik, dari cadel ketika berbicara untuk melengkapi kelemahan dari sebagian besar otot, dan dapat berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit. Cataplexy yang tidak terkontrol dan sering dipicu oleh emosi yang kuat, biasanya yang positif seperti tertawa atau kegembiraan, tapi kadang-kadang ketakutan, kejutan atau kemarahan. Misalnya, kepala penderita dapat terkulai tak terkendali atau lutut tiba-tiba lemas ketika tertawa.

Beberapa orang dengan pengalaman narkolepsi hanya satu atau dua episode cataplexy setahun, sementara yang lain memiliki banyak episode setiap hari. Dari data Mayoclinic diperkirakan 70 persen orang dengan pengalaman narkolepsi mengalami cataplexy.

3.   Sleep paralysis

Sleep paralysis adalah keadaan lumpuh dimana penderitanya tidak dapat menggerakkan tubuhnya sama sekali. Di saat peralihan dari sadar ke tidur, sleep paralysis bisa menyerang berbarengan dengan halusinasi sehingga menimbulkan pengalaman yang menakutkan bagi penderitanya. Ini terjadi karena gelombang tidur REM (mimpi) yang menerobos ke kesadaran sehingga seolah penderita bermimpi di siang bolong. Anda tentu ingat, bahwa dalam tahap tidur REM seluruh otot tubuh (kecuali mata dan pernafasan) menjadi lumpuh total.

Orang-orang dengan narkolepsi sering mengalami ketidakmampuan untuk bergerak atau berbicara saat jatuh tertidur atau saat terjaga dalam beberapa menit. kejadian ini biasanya singkat- yang berlangsung satu atau dua menit. Penderita merasa hilang kendali atas tubuhnya.

4.   Hypnagogic/hypnopompic hallucination.

Halusinasi (melihat atau mendengar benda yang sesungguhnya tidak ada) bisa terjadi pada awal tidur atau ketika terbangun. Halusinasi ini menyerupai mimpi biasa, tetapi lebih hebat.

Kondisi mimpi yang menyusup ke alam sadar bermanifestasi sebagai halusinasi. Penderita narkolepsi biasanya berhalusinasi seolah melihat orang lain di dalam ruangan. Orang lain tersebut bisa orang yang dikenal, teman, keluarga, sekedar bayangan, hantu atau bahkan makhluk asing, tergantung pada latar belakang budaya penderita. Dengan gejala-gejala yang tidak biasa ini, tidak jarang keluarga menganggap penderita narkolepsi mengidap gangguan jiwa.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menegakkan diagnosa, selain keempat gejala klasik tadi diperlukan juga pemeriksaan Polysomnografi (sleep study.) Pemeriksaan dilakukan semalaman dan dilanjutkan dengan Multiple Sleep Latency Test (MSLT.) MSLT adalah sleep study yang dilakukan di pagi hingga sore hari untuk mengetahui seberapa lama seseorang dapat tertidur di pagi/siang hari. Pemeriksaan dibagi menjadi 5 kali tidur siang, dimana setiap kalinya pasien diberi waktu 20 menit untuk jatuh tidur dengan tidur pertama berjarak 1,5 hingga 3 jam setelah bangun pagi. Penderita narkolepsi tertidur kurang dari 5 menit dan biasanya dari 5 tidur siang terdapat 2 sleep onset REM (SOREM.) SOREM adalah kondisi dimana gelombang otak penderita berubah langsung dari terjaga ke REM.

Pada narkolepsi yang tidak disertai dengan katapleksi, selain menggunakan MSLT diagnosa dapat juga ditegakkan dengan ditemukannya antigen khusus (HLA DQB1*0602) atau rendahnya kadar hipokretin (orexin) dalam cairan serebro spinal.  Walaupun tidak spesifik untuk memeriksa narkolepsi, pemeriksaan ini dapat membantu diagnosa. Biasanya pasien tanpa katapleksi yang tes DQB1*0602-nya positif, baru akan diperiksakan kadar hipokretin.

Elektroensefalogram (EEG), yang merupakan rekaman aktivitas listrik otak, bisa menunjukkan bahwa pola tidur REM terjadi pada saat penderita mulai tertidur. Hal ini khas untuk narkolepsi. Tidak ditemukan perubahan struktural dalam otak dan tidak ditemukan kelainan dalam hasil pemeriksaan darah.

F. PENATALAKSANAAN

Narkolepsi adalah suatu kondisi kronis yang tidak hilang sepenuhnya. Meskipun tidak ada obat untuk narkolepsi, pengobatan dan perubahan gaya hidup dapat membantu penderita mengelola gejala. Obat-obatan yang dapat digunakan antara lain stimultan atau antidepresan. Namun sebelum mengkonsumsi obat tersebut disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter.

Obat perangsang (stimulan), seperti efedrin, amfetamin, dekstroamfetamin dan metilfenidat, bisa membantu mengurangi narkolepsi. Dosisnya disesuaikan agar tidak terjadi efek samping yang tidak diinginkan, seperti kegelisahan, terlalu aktif atau penurunan berat badan.

Untuk mengurangi katapleksi, biasanya diberikan obat anti-depresi, yaitu imipramin.

Dengan perawatan yang tepat dan penuh disiplin, seorang penderita narkolepsi dapat hidup normal. Apalagi dengan disertai dukungan dari keluarga dan para sahabat yang siap menjaga keselamatan si penderita.

 

G. PENCEGAHAN

Modifikasi gaya hidup yang penting dalam mengelola gejala narkolepsi. Anda bisa mendapatkan manfaat dari langkah-langkah ini:

  1. Tetaplah pada jadwal. Tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari, termasuk akhir pekan.
  2. Ambil tidur siang. Jadwalkan tidur siang pendek secara teratur sepanjang hari. Tidur siang 20 menit pada waktu strategis sepanjang hari mungkin akan menyegarkan dan mengurangi kantuk selama satu sampai tiga jam.
  3. Hindari nikotin dan alkohol. Dengan menggunakan bahan ini, terutama pada malam hari, dapat memperburuk tanda-tanda dan gejala Anda.
  4. Dapatkan olahraga secara teratur. Moderat, olahraga teratur setidaknya empat sampai lima jam sebelum tidur dapat membantu Anda merasa lebih terjaga di siang hari dan tidur lebih baik di malam hari.

 

INSOMNIA

INSOMNIA

 

Secara umum didefinisikan sebagai suatu kesulitan untuk tidur, atau bertahan tidur, atau tidur dengan nyenyak. Dampaknya adalah distress (stres yang mengganggu) yang pada keesokan harinya bermanifestasi sebagai rasa lemas, lesu, menurunnya kemampuan berpikir, serta menjadi mudah tersinggung.

Gangguan tidur ada 2 macam, yaitu gangguan tidur yang fungsional dan patologis. Gangguan tidur fungsional terdiri dari somnabulisme, sleep automatism, kejang nokturnus, dan paralisis nokturnus. Sedangkan hipersomnia (terlalu banyak tidur) dan insomnia (kurang tidur) merupakan bagian dari gangguan tidur patologis.

Insomnia sendiri didefinisikan sebagai suatu persepsi dimana seseorang merasa tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang tersebut sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang cukup, sehingga mengakibatkan perasaan yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari tidur。

Penderita insomnia berbeda dengan orang yang memang waktu tidurnya pendek (short sleepers), dimana pada short sleepers meskipun waktu tidur mereka pendek, mereka tetap merasa bugar sewaktu bangun tidur, berfungsi secara normal di siang hari, dan mereka tidak mengeluh tentang tidur mereka di malam hari

Insomnia dapat juga merupakan gejala berbagai penyakit fisik maupun mental, dapat pula merupakan penyakit tersendiri. Dalam penggolongan diagnosis penyakit, insomnia dapat merupakan suatu gangguan pada fungsi atau organ tubuh yang lain, misalnya jantung, paru-paru, pencernaan , saraf, tulang dan otot, endokrin, serta kanker.

Insomnia sering diakibatkan oleh penggunaan zat atau obat tertentu seperti kopi, alkohol, obat-obat lain seperti antidepresi, dan lain-lain. Insomnia dapat juga merupakan gejala berbagai gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat, misalnya keadaan berkabung (antara lain kehilangan orang yang dicintai, perceraian, kehilangan pekerjaan), depresi, camas, mapun psikosis (gangguan jiwa yang penderitanya sulit membedakan realitas dan khayalan). Selain itu, penyakit insomnia lebih banyak menyerang wanita dibandingkan pria.

Wanita lebih rentan terserang insomnia karena berhubungan dengan siklus menstruasinya. Biasanya dalam 2-3 hari di setiap siklusnya, seorang wanita menderita kembung dan nyeri. Dan hal itu sangat berpengaruh terhadap kondisi psikis seorang wanita sehingga menyebabkan yang bersangkutan mengalami insomnia. Di samping itu juga selama menstruasi, peningkatan kadar progesteroin menyebabkan rasa lelah ada awal siklus.

 

Insomnia dikelompokkan menjadi:

a. INSOMNIA PRIMER

Insomnia primer yaitu insomnia menahun dengan sedikit atau sama sekali tidak berhubungan dengan berbagai stres maupun kejadian

Ditandai dengan:

1.      Keluhan sulit masuk tidur atau mempertahankan tidur atau tetap tidak segar meskipun sudah tidur. Keadaan ini berlangsung paling sedikit satu bulan.

2.      Munculnya penderitaan yang bermakna secara klinik atau impairment sosial, okupasional, atau fungsi penting lainnya.

3.      Gangguan tidur tidak terjadi secara eksklusif selama ada gangguan mental lainnya.

4.      Tidak disebabkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medik umum atau zat.

 

Seseorang dengan insomnia primer sering mengeluh sulit masuk tidur dan terbangun berkali-kali. Bentuk keluhan tidur bervariasi dari waktu ke waktu. Misalnya, seseorang yang saat ini mengeluh sulit masuk tidur mungkin suatu saat mengeluh sulit mempertahankan tidur. Meskipun jarang, kadang-kadang seseorang mengeluh tetap tidak segar meskipun sudah tertidur. Diagnosis gangguan insomnia dibuat bila penderitaan atau impairmentnya bermakna. Seorang penderita insomnia sering berpreokupasi dengan tidur. Makin berokupasi dengan tidur, makin berusaha keras untuk tidur, makin frustrasi dan makin tidak bisa tidur. Akibatnya terjadi lingkaran setan.

 

PERJALANAN GANGGUAN INSOMNIA PRIMER

Faktor-faktor yang mempresipitasi insomnia berbeda-beda. Onset insomnia bisa bersifat tiba-tiba. Insomnia biasanya terjadi akibat stresor psikologik, fisik dan sosial. Insomnia sering berlanjut meskipun kausanya sudah dapat diatasi. Hal ini disebabkan terjadinya kondisioning negatif atau kewaspadaan yang meningkat. Misalnya, seorang lansia yang menderita nyeri dapat menghabiskan waktunya di tempat tidur dan sulit tidur karena nyerinya. Kondisioning negatif dapat terjadi. Kondisi ini dapat bertahan meskipun nyeri sudah tidak ada lagi. Insomnia juga dapat berkembang dalam konteks stresor psikologik akut atau gangguan mental.

Perjalanan insomnia dapat bervariasi. Insomnia harus dibedakan dari gangguan mental yang salah satu gambaran kliniknya insomnia (skizofrenia, gangguan depresi berat, gangguan cemas menyeluruh). Insomnia primer tidak ditegakkan jika insomnia terjadi secara eksklusif selama adanya gangguan mental lain. Diagnosis insomnia primer dibuat jika gangguan mental lain tidak dapat menerangkan insomnia, atau jika insomnia dan gangguan mental mempunyai perjalanan yang berbeda. Jika insomnia merupakan manifestasi gangguan mental dan secara eksklusif terjadi selama gangguan mental lain, diagnosis yang lebih cocok adalah insomnia terkait gangguan mental lain. Diagnosis dibuat jika keluhan insomnia sangat menonjol dan perlu mendapat perhatian klinik tersendiri.

 

 

b. INSOMNIA SEKUNDER

Insomnia sekunder yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh nyeri, kecemasan, obat, depresi atau stres yang hebat.

Ada Tiga macam Insomnia:

  • Transient insomnia – kesulitan tidur hanya beberapa malam
  • Insomnia jangka pendek- dua atau empat minggu mengalami kesulitan tidur Kedua jenis insomnia ini biasanya menyerang orang yang sedang mengalami stress, berada di lingkungan yang ribut-ramai, berada di lingkungan yang mengalami perubahan temperatur ekstrim, masalah dengan jadwal tidur-bangun seperti yang terjadi saat jetlag, efek samping pengobatan
  • Insomnia kronis- kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam selama sebulan atau lebih Salah satu penyebab chronic insomnia yang paling umum adalah depresi. Penyebab lainnya bisa berupa arthritis, gangguan ginjal, gagal jantung, sleep apnea, sindrom restless legs, Parkinson, dan hyperthyroidism. Namun demikian, insomnia kronis bisa juga disebabkan oleh faktor perilaku, termasuk penyalahgunaan caffein, alcohol, dan substansi lain, siklus tidur/bangun yang disebabkan oleh kerja lembur dan kegiatan malam hari lainnya, dan stres kronis.

 

PENYEBAB

Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional,kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan.

Sulit tidur sering terjadi, baik pada usia muda maupun usia lanjut; dan seringkali timbul bersamaan dengan gangguan emosional, seperti kecemasan, kegelisahan, depresi atau ketakutan. Kadang seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya tidak lelah.

Pola terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan pada usia lanjut.Beberapa orang tertidur secara normal tetapi terbangun beberapa jam kemudian dan sulit untuk tertidur kembali.Kadang mereka tidur dalam keadaan gelisah dan merasa belum puas tidur.Terbangun pada dini hari, pada usia berapapun, merupakan pertanda dari depresi.

Orang yang pola tidurnya terganggu dapat mengalami irama tidur yang terbalik, mereka tertidur bukan pada waktunya tidur dan bangun pada saatnya tidur.

Selain i perilaku di bawah ini juga dapat menyebabkan insomnia pada beberapa orang:

  • higienitas tidur yang kurang secara umum (cuci muka, dll?)
  • kekhawatiran tidak dapat tidur
  • mengkonsumsi caffein secara berlebihan
  • minum alkohol sebelum tidur
  • merokok sebelum tidur
  • tidur siang/sore yang berlebihan
  • jadwal tidur/bangun yang tidak teratur

GEJALA

Penderita mengalami kesulitan untuk tertidur atau sering terjaga di malam hari dan sepanjang hari merasakan kelelahan.

Insomnia bisa dialami dengan berbagai cara:

o        sulit untuk tidur

o        tidak ada masalah untuk tidur namun mengalami kesulitan untuk tetap tidur (sering bangun)

o        bangun terlalu awal

Kesulitan tidur hanyalah satu dari beberapa gejala insomnia. Gejala yang dialami waktu siang hari adalah:

  • Mengantuk
  • Resah
  • Sulit berkonsentrasi
  • Sulit mengingat
  • Gampang tersinggung

DIAGNOSA

Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:

o        pola tidur penderita

o        pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang

o        tingkatan stres psikis

o        riwayat medis

o        aktivitas fisik.

PENGOBATAN

Pengobatan insomnia tergantung kepada penyebab dan beratnya insomnia.

Penderita insomnia hendaknya tetap tenang dan santai beberapa jam sebelum waktu tidur tiba dan menciptakan suasana yang nyaman di kamar tidur; cahaya yang redup dan tidak berisik.

Pengobatan insomnia biasanya dimulai dengan:

  • Menghilangkan kebiasaan (pindah tempat tidur, memakai tempat tidur hanya untuk tidur, dll).
  • Jika tidak berhasil dapat diberikan obat golongan hipnotik (harus konsultasi dengan psikiater).

Sumber; http://www.medicastore.com/nutracare/isi_calm.php?isi_calm=gangguan_tidur

INSOMNIA KRONIK

Disebut juga insomnia psikofisiologik persisten. Insomnia ini dapat disebabkan oleh kecemasan; selain itu, dapat pula terjadi akibat bebiasaan atau pembelajaran atau perilaku maladaptif di tempat tidur. Misalnya, pemecahan masalah serius di tempat tidur, kekhawatiran, atau pikiran negatif terhadap tidur ( sudah berpikir tidak akan bisa tidur). Adanya kecemasan yang berlebihan karena tidak bisa tidur menyebabkan seseorang berusaha keras untuk tidur tetapi ia semakin tidak bisa tidur. Ketidakmampuan menghilangkan pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha tidur dapat pula menyebabkan insomnia psikofisiologik. Selain itu, ketika berusaha untuk tidur terjadi peningkatan ketegangan motorik dan keluhan somatik lain sehingga juga menyebabkan tidak bisa tidur. Penderita bisa tertidur ketika tidak ada usaha untuk tidur. Insomnia ini disebut juga insomnia yang terkondisi. Mispersepsi terhadap tidur dapat pula terjadi. Diagnosis ditegakkan bila seseorang mengeluh tidak bisa masuk atau mempertahankan tidur tetapi tidak ada bukti objektif adanya gangguan tidur. Misalnya, pasien mengeluh susah masuk tidur (lebih dari satu jam), terbangun lebih lama (lebih dari 30 menit), dan durasi tidur kurang dari lima jam. Tetapi dari hasil polisomnografi terlihat bahwa onset tidurnya kurang dari 15 menit, efisiensi tidur 90%, dan waktu tidur totalnya lebih lama. Pasien dengan gangguan seperti ini dikatakan mengalami mispersepsi terhadap tidur.

Insomnia idiopatik adalah insomnia yang sudah terjadi sejak kehidupan dini. Kadang-kadang insomnia ini sudah terjadi sejak lahir dan dapat berlanjut selama hidup. Penyebabnya tidak jelas, ada dugaan disebabkan oleh ketidakseimbangan neurokimia otak di formasio retikularis batang otak atau disfungsi forebrain. Lansia yang tinggal sendiri atau adanya rasa ketakutan yang dieksaserbasi pada malam hari dapat menyebabkan tidak bisa tidur. Insomnia kronik dapat menyebabkan penurunan mood (risiko depresi dan anxietas), menurunkan motivasi, atensi, energi, dan konsentrasi, serta menimbulkan rasa malas. Kualitas hidup berkurang dan menyebabkan lansia tersebut lebih sering menggunakan fasilitas kesehatan.

Seseorang dengan insomnia primer sering mempunyai riwayat gangguan tidur sebelumnya. Sering penderita insomnia mengobati sendiri dengan obat sedatif-hipnotik atau alkohol. Anksiolitik sering digunakan untuk mengatasi ketegangan dan kecemasan. Kopi dan stimulansia digunakan untuk mengatasi rasa letih. Pada beberapa kasus, penggunaan ini berlanjut menjadi ketergantungan zat. Pemeriksaan polisomnografi menunjukkan kontinuitas tidur yang buruk (latensi tidur buruk, sering terbangun, efisiensi tidur buruk), stadium 1 meningkat, dan stadium 3 dan 4 menurun. Ketegangan otot meningkat dan jumlah aktivitas alfa dan beta juga meningkat 2,3

Berikut beberapa tips yang bisa anda lakukan untuk mengurangi serangan insomnia.

1.      Berolah raga teratur. Beberapa penelitian menyebutkan berolah raga yang teratur dapat membantu orang yang mengalami masalah dengan tidur. Olah raga sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan bukan beberapa menit menjelang tidur. Dengan berolah raga, kesehatan anda menjadi lebih optimal sehingga tubuh dapat melawan stress yang muncul dengan lebih baik.

2.      Hindari makan dan minum terlalu banyak menjelang tidur. Makanan yang terlalu banyak akan menyebabkan perut menjadi tidak nyaman, sementara minum yang terlalu banyak akan menyebabkan anda sering ke belakang untuk buang air kecil. Sudah tentu kedua keadaan ini akan menganggu kenyenyakan tidur anda.

3.      Tidurlah dalam lingkungan yang nyaman. Saat tidur, matikan lampu, matikan hal hal yang menimbulan suara, pastikan anda nyaman dengan suhu ruangan tidur anda. Jauhkan jam meja dari pandangan anda karena benda itu dapat membuat anda cemas karena belum dapat terlelap sementara jarum jam kian larut.

4.      Kurangi mengkonsumsi minuman yang bersifat stimulan atau yang membuat anda terjaga seperti teh, kopi. alkohol dan rokok. Minuman ini akan menyebabkan anda terjaga yang tentu saja tidak anda perlukan bila anda ingin tidur.

5.      Makananlah makanan ringan yang mengandung sedikit karbohidrat menjelang tidur, bila tersedia, tambahkan dengan segelas susu hangat.

6.      Mandilah dengan air hangat 30 menit atau sejam sebelum tidur. Mandi air hangat akan menyebabkan efek sedasi atau merangsang tidur. Selain itu, mandi air hangat juga mengurangi ketengangan tubuh.

7.      Hentikan menonton TV, membaca buku, setidaknya sejam sebelum tidur.

8.      Gunakanlah tempat tidur anda khusus untuk tidur. Hal ini akan membantu tubuh anda menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tidur. Saat anda berbaring di tempat tidur, maka akan timbul rangsangan untuk tidur.

9.      Lakukan aktivitas relaksasi secara rutin. Mendengarkan musik, melatih pernafasan, meditasi dan lain lain akan membantu memperlambat proses yang terjadi dalam tubuh sehingga tubuh anda menjadi lebih santai. Keadaan ini akan mempemudah anda untuk tidur.

10.  Jernihkan pikiran anda. Enyahkan segala kekhawatiran yang menghinggapi pikiran anda. Salah satu cara untuk ini adalah menuliskan semua pikiran anda lewat media blog.

11.  Tidur dan bangunlah dalam periode waktu yang teratur setiap hari. Waktu tidur yang kacau akan mengacaukan waktu tidur anda selanjutnya.

Jenis gerakan pada sendi

Jenis gerakan pada sendi :

a.   Bergeser

Berupa pergeseran antara tulang, contohnya gerakan pada sendi-sendi di antara tulang-tulang carpalia dan tarsalia, terjadi pada sendi geser.

b.   Extensi

Berupa gerakan pelurusan sendi. Extensi bisa terjadi pada sendi engsel, contohnya extensi sendi lutut

c.   Flexi

Berupa gerakan pembengkokan sendi. Flexi terjadi pada sendi engsel, contohnya flexi sendi jari-jari. Sedangkan flexi-extensi pada pergelangan tangan merupakan gerakan sendi ellipsoidal

d.   Abduksi

Berupa gerakan yang menjauhi sumbu tubuh. Terjadi pada sendi peluru, contohnya mengangkat lengan ke samping, atau gerakan ibu jari menjauhi telunjuk oleh sendi pelana di antara metacarpal 1 dan os. Carpal (trapezium)

e.   Adduksi

Berupa gerakan yang mendekati sumbu tubuh, gerakan ini berlawanan dengan gerakan abduksi

f.   Rotasi

Berupa gerakan berputar, terjadi pada sendi putar. Misalnya atlas (cervix 1) berputar terhadap processus odontoideus dari axis (cervix 2) sewaktu menggelengkan kepala.

g.   Circumduksi

Berupa gerakan dimana ujung distal satu tulang membentuk 1 lingkaran, sedangkan ujung proksimalnya tetap. Contohnya gerakan memutar lengan 1 lingkaran mengitari sendi bahu, terjadi pada sendi peluru dengan arah gerakan 3 poros

h.   Pronasi

Gerakan memutar lengan bawah untuk membalikkan telapak tangan, sehingga telapak tangan menghadap ke bawah bila lengan bawah ditaru diatas meja

i.    Supinas

Gerakan berlawanan dengan pronasi

j.    Protaksi

Gerakan mendorong mendibula ke luar

k.   Retraksi

Gerakan menarik mandibula ke dalam