Takkan berhenti untuk bermimpi..

Archive for Oktober 17, 2010

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN


DEFINISI
Sosiologi berasal dari kata socius dan logos. Socius berarti kawan (masyarakat) dan logos berarti ilmu. Jadi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar seserang dengan orang lainnya (antar manusia).
Antropologi berasal dari kata antropos dan logos. Antropos berarti manusia dan logos berarti ilmu. Jadi, antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia.
Hubungan sosiologi dan antropologi :
Sosiologi objeknya masyarakat dan antropologi objeknya kebudayaan. Kebudayaan adanya di masyarakat dan suatu masyarakat pasti berbudaya.

Perbedaan sosiologi dan antropologi :
Sosiologi menyelidiki masyarakat modern yang kompleks. Sedangkan antropologi memusatkan perhatiannya pada masyarakat yang masih sederhana taraf kehidupannya (yang masih memiliki unsur tradisional).

Sosial antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang budaya dan organisasi sosial dalam kehidupan sosial.

APLIKASI DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

Menurut Leininger (1983) :
1. Mengambil langkah keputusan kognitif  ekspresi stimulus  kepercayaan budaya, nilai, dan praktik.
2. Berusaha mempertahankan integrity  nilai budaya, kepercayaan, praktik.
3. Kreatif  restructure dan reorganise  berbeda budaya, pola baru keperawatan
Seorang perawat kesehatan seyogyanya mempunyai kemampuan untuk mengerti dan memahami bahwa setiap tindakan pelayanan perawatan kepada pasien ada proses lintas budaya yang mempengaruhi. Pelayanan perawatan dilakukan terhadap pasien / klien yang tidak membedakan ras, agama, pendidikan, bangsa, jenis kelamin, golongan, suku.
Pelayanan perawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien tidak dapat dilepaskan dengan field of experience ( pengalaman masa lampau hidupnya ) yang sangat dipengaruhi oleh internalisasi nilai-nilai budaya yang sudah menyatu dalam diri pasien. Model pemenuhan harapan pasien bukan hanya dari sisi metode pelayanan klinis teknis keperawatan namun pendekatan nilai-nilai budaya yang beraneka ragam yang menjadi milik pasien harus dimengerti dan difahami, agar harapan pasien sebagai manusia dapat dipenuhi secara komprehensif dan holistik.

Program kesehatan preventif, meliputi :
1. Pandangan budaya terhadap kesehatan
Sangat banyak ketidaksesuaian antara gaya hidup sehat dan kebijakan serta praktik yang ada dalam lingkungan dan budaya. Beberapa budaya memiliki norma khusus mengenai perilaku peran sakit, tetapi budaya lain menyarankan untuk terus melakukan peran sehari-hari. Masyarakat mendefinisikan penyakit dalam berbagai cara yang berbeda dan gejala yang diterima sebagai bukti adanya penyakit dalam suatu masyarakat yang mungkin daiabaikan oleh masyarakat yang lain. Definisi dalam masyarakat yang sama pun dapat berubah dalam kurun waktu tertentu.

Dalam pengenalan penyakit, keyakinan budaya mempengaruhi alasan klien dalam menjelaskan penyakit, penggunaan bahasa dan istilah dalam mengkomunikasikan masalah kesehatan. Keperawatan merupakan diagnosis dan penanganan respons manusia terhadap masalah kesehatan aktual ataupun potensial, peran keyakinan budaya dalam memandu praktik kesehatan klien dan respons terhadap episode sakit merupakan hal yang penting bagi keperawatan.

Tujuan penyembuhan dari perawatan yang intensif secara budaya hanya dapat dicapai melalui upaya sadar saat belajar dari kelompok yang memiliki cara berbeda dalam menjelaskan, memahami, dan menangani masalah kesehatan.
Gaya berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya inilah yang akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.

2. Latar belakang sosial
Keadaan sosial ekonomi pasien merupakan pangkal utama adanya perbedaan sosial. Struktur sosial ekonomi, berbagai nilai sosial budaya, dan pemerataan sumber tidak mungkin dapat dirubah dalam satu generasi. Karena itu, masalah kesehatan ini haruslah ditanggulangi dari segi adanya sumber yang terbatas.

Kesakitan dan ketidakmampuan merupakan sebab utama kebergantungan seseorang dan status sosial ekonomi. Dan secara klasik pula, lapisan masyarakat berpenghasilan rendah memiliki kesempatan terbatas untuk menerima pelayanan kesehatan.
Masyarakat berpenghasilan rendah memiliki kebutuhan khusus dan permasalahan khusus yang harus diperhitungkan, yang tidak dimiliki kelompok lain. Terutama dituntut perhatian dan kesabaran dari pihak tim medis. Karenanya, suatu program seharusnya disusun yang berorientasi pada mereka.

3. Pengalaman sehat dan sakit
Konsep sehat
Konsep sehat didefinisikan orang berbeda-beda, berdasarkan komunitasnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Linda Ewles dan Ina Simmet (1992) adalah sebagai berikut :
a. Konsep sehat dilihat dari segi jasmani, yaitu dimensi sehat yang paling nyata karena perhatiannya pada fungsi mekanistik tubuh.
b. Konsep sehat dilihat dari segi mental, yaitu kemampuan berpikir jernih.
c. Konsep sehat dilihat dari segi emosional, yaitu kemampuan untuk mengenal emosi seperti rasa takut, duka, marah, senang, dll.
d. Konsep sehat dilihat dari segi sosial, yaitu kemampuan untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain.
e. Konsep sehat dilihat dari segi spiritual, yaitu berkaitan dengan aspek agama, seperti : berbuat baik, prinsip perilaku, cara mencapai kedamaian, dll.
f. Konsep sehat dilihat dari segi societal, yaitu berkaitan dengan segi kesehatan pada tingkat individual yang terjadi karena kondisi sosial, politik, budaya, ekonomi, dll.
Ada banyak tanggapan berbeda mengenai konsep sehat tadi. Hal ini karena adanya pengetahuan yang berbeda terhadap konsep sehat, walaupun secara nyata akan terlihat bahwa seseorang dinyatakan tidak sehat. Kenyataan tersebut menyebutkan bahwa kebudayaan dapat menentukan arti sehat.

Konsep sakit
Sakit adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit (Sarwono, 1993). Fenomena subjektif ini ditandai dengan perasaan tidak enak. Konsep penyakit masyarakat non barat dibagi dua, yaitu :
1. Personalistik, munculnya penyakit oleh intervensi yang dianggap karena makhluk supranatural (hantu, roh leluhur, dewa, dll).
2. Naturalistik, penyakit dijelaskan dengan istilah-istilah yang sistematik dan apabila keseimbangan tubuh terganggu, maka hasilnya adalah penyakit.
Peran orang sakit dapat dianggap sebagai kontrak antara orang yang sakit dengan profesi kesehatan. Profesi ini mengendalikan akses bagi orang yang sakit. Ketika seseorang sakit, ia diberi kemudahan oleh masyarakat, tetapi juga sejumlah kewajiban kepada masyarakat. Orang sakit dibebaskan dari tanggung jawab keluarga dan kerja, dan tidak disalahkan untuk keadaan sakitnya. Tetapi, ia harus mencari dan mengikuti nasehat medis, dan harus ingin sembuh secepat mungkin. Perilaku verbal dan non verbal orang sakit akan cenderung menjadi pasif dan patuh.

Status kesehatan seseorang terletak antara dua kutub yaitu sehat optimal dan kematian. Apabila status kesehatan kita bergerak kearah kematian kita berada dalam area sakit (illness area), tetapi apabila status kesehatan kita bergerak ke arah sehat maka kita berada dalam area sehat (wellness area). Pola rentang ini bersifat dinamis berubah seiring waktu dan kondisi sosial.
Sesuai dengan rentang sehat – sakit maka status kesehatan dapat dibagi dalam keadaan optimal sehat atau kurang sehat, sakit ringan atau berat sampai meninggal dunia. Apabila individu berada dalam area sehat maka dilakukan upaya pencegahan primer (primary prevention) yaitu perlindungan kesehatan (health protection) dan perlindungan khusus (spesific protection) agar terhindar dari penyakit. Apabila individu berada dalam area sakit maka dilakukan upaya pencegahan sekunder dan tertier yaitu dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, pencegahan perburukan dan rehabilitasi.

4. Pemaparan health promotion
Istilah health promotion (promosi kesehatan) sudah dikenal sejak lama, diantaranya pada upaya kesehatan menyeluruh yakni kesatuan istilah promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Istilah promosi kesehatan dikenal lebih luas setelah Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I di Ottawa tahun 1986.

Promosi Kesehatan adalah suatu proses memberdayakan atau memandirikan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan, serta pengembangan lingkungan sehat.

Promosi kesehatan mencangkup aspek perilaku, yaitu upaya untuk memotivasi, mendorong, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Di samping itu, Promosi Kesehatan juga mencangkup berbagai aspek, khususnya yang berkaitan dengan aspek lingkungan atau suasana yang mempengaruhi perkembanagan perilaku yang berkaitan dengan aspek budaya, pendidikan, ekonomi, politik, dan pertahanan keamanan.

Berdasarkan konsep Promosi Kesehatan, individu, dan masyarakat bukanlah objek yang pasif, tetapi juga subjek. Dalam konsep tersebut masalah kesehatan bukan han ya menjadi urusan sektor kesehatan akan tetapi juga termasuk urusan swasta dan dunia usaha yang dilakukan dengan pendekatan kemitraan. Dengan demikian, kesehatn adalah upaya dari, oleh, dan untuk masyarakat yang diwujudkan sebagai gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Depkes, 2000).